Kamis, 19 April 2012

Semua Berawal dari Facebook

Sekarang aku mau jujur sejujur - jujurnya dengan bukti fakta - fakta otentik yang tidak bisa diganggu gugat. dan terima kasih kepada Mark Zuckerberg yang telah membuat Facebook yang menyimpan secara rapi perjalanan cintaku.
jika sebelumnya setiap ditanya "Bagaimana si kamu bisa kenalan dengan Bang Adi??" dan aku selalu menjawab "Dikenalin temen" tapi sekarang aku mau jujur kalau sebenernya aku dan Bang Adi kenal pertama kali melalui Facebook. Bang Adi tiba - tiba ngeadd aku dan akhirnya pada tanggal 20 Juni 2009 kami resmi berteman di Facebook. berikut buktinya hehehehe
diatas tercatat dengan jelas berteman pada tanggal 20 Juni 2009. sejak itu kami mulai sering comment - commentan, maklum saat itu aku masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir yang ga ada kerjaan jadi hobby banget mainin facebook.berawal dari comment - commentan itulah akhirnya kami mulai dekat. dan aku baru sadar ternyata sejak kami dekat sudah beberapa kali Bang adi melamar aku. bahkan mau minta restu orang tua aku, padahal saat itu posisinya kami belum pernah bertemu. ini bukti - buktinya, waktu aku minta oleh - oleh eh dia malah ngajak tunangan hehehe

dari sini terbuktikan siapa yang naksir duluan dan ngejar - ngejar. dan terlihat juga kalau dulu itu comment - commentan panjang - panjang bgt sampe bisa hampir 40 comment dalam satu status.
dan ga sampai disitu loh saat aku lagi bahas persiapan wisuda justru dia malah ambil kesempatan buat minta restu, padahal ketemu aja belum ni buktinya...



ini juga bukti kalau kamu memang dari dulu mau ngelamar aku, saat aku pasang status ketemy guru SMA justru akhirnya kamu yang mengajukan diri hehehe



setelah lama comment - comentan baru deh ada yang minta nomor HP

kedekatanpun berlanjut melalu telpon - telponan sampai larut malam. dan jujur saat itu status aku masih berpacaran dengan teman kuliah aku, sampai akhirnya comment - commentan antara aku dan bang Adi dan kedekatan yang semakin dekat membuat mantanku cemburu dan marah, dan pernah sekali saat lagi asik comment - commentan akhirnya ke gap. ini dia maaf buat seseorang yang dulu cemburu bahkan sampai marah, serius deh dulu tuh ga selingkuh koq, cuma kalau dekat banget emang iya, tapi kalau sampai seperti yang kamu tuduhkan aku selingkuh sama dia ga sama sekali. karena memang hubungan aku dan Bang adi terjalin bukan berawal dari perselingkuhan tapi berawal saat kami masing - masih sudah berstatus single. dan ini dia status yang bikin aq ke gap tapi liat deh aku masih berusaha ngeles hehehe


dan ini adalah foto pertama aku yang disimpan bang adi tanpa sepengetahuan aku. tuh kan ketauan yang nyimpan foto duluan siapa? berarti yang ngejar - ngejar aku kan kamu, masih ga mau ngaku??? ini buktinya sayang hehehehe...


mungkin note ini kamu tulis sambil liatin foto aku yang kamu simpan diam - diam ya?? Just Loving You... Hmmmm.... romantis banget ya kamu ternyata pemuja rahasiaku hehehhehe


dan entah tanggal berapa pastinya kami jadian, tapi pada tanggal 26 Oktober 2010 akhirnya kami berani ganti status menjadi bertunangan di Facebook yang media yang mempertemukan kami dan menumbuhkan rasa cinta dihati kami berdua


setelah jadian banyak hal - hal manis yang kami lalui bersama dan masih melalui media facebook walau tak seaktif dulu lagi ( udah malu curhat via facebook terus hehehhe, inget umur hehhe) kami mencoba merekam memori indah yang kami lalui bersama. mulai dari waktu aku sakit dan Bang adi ga bisa pulang masih ditengah laut sampai akhirnya dia harus sabotase mesin kapal dengan tujuan minimal dia bisa menemaniku walau hanya melalui telpon, tapi minimal dengan itu dia merasa lebih tenang dan bisa memastikan aku baik - baik saja sampai aku diizinkan pulang kerumah oleh dokter. I Love U sayang.... Emuachhhhhhh.... Emuachhh....


dan ini saat kita bikin sensasi dengan upload foto gendong bayi seolah itu benar - benar anak kita berdua hehehehehe...

kalau yang ini kekhawatiran Bang Adi saat aku sibuk persiapan untuk promosi jabatan, kekhawatiranmu benar - benar membuat aku selalu nyaman berbagi cerita denganmu, perhatianmu membuat aku tak bisa jauh darimu...


Ya Allah semoga kisah cinta ini akan terus berlanjut tuk menggapai impian menuju pelaminan. Mudahkanlah langkah kami untuk menyempurnakan separuh agama kami ya Allah. Teruntuk kekasihku calon Imamku, calon ayah dari anak - anakku. kadang kita suka berdebat hanya membahas siapa yang jatuh cinta duluan, memang terbukti disini kamu yang ngejar - ngejar aku hehehe. tapi itu ga penting, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa terus menjaga cinta yang telah bersemi dan menggapai masa depan kita dengan penuh cinta dan kasih sayang yang abadi. I Love u.... I always need u.... I Love U Ever and Forever....

Senin, 16 April 2012

Cinta Bola Bilyard (25 : Hari Bahagia itu Akhirnya Tiba )

Hari yang dinanti – nantipun akhirnya tiba, tidak terlukiskan betapa besar rasa bahagiaku saat ini, aku sama sekali tidak menyangka sebentar lagi aku akan resmi menjadi Nyonya Arjuna. Yah Arjuna yang aku kenal secara tidak sengaja, Arjuna yang sebelumnya aku anggap kakak dan Arjuna yang selalu membuat aku menangis karena mencintainya hingga aku nyaris menyerah dan memutuskan untuk meninggalkannya. Namun kini aku sudah dirias begitu cantik berbalut kebaya putih special pilihan Bang Juna dengan untaian bunga melati yang menebarkan wangi yang semerbak.
“Dinda, selamat ya akhirnya lw mendapatkan cinta sejati lw” kata Putri yang dari pagi memang menemaniku make up
“makasih ya Put, maaf gw salah nilai lw selama ini, gw sempat berpikir lw sangat jahat sama gw, tapi lw begitu baik, lw ga mau ada cowo yang mempermainkan gw, sampai lw mengorbankan perasaan lw sendiri “ucapku terharu
“sst.,.. udah akh pengantin ga boleh nangis nanti make up nya luntur, lw tuh sahabat terbaik gw, gw juga minta maaf ga seharusnya gw ada diantara lw dan bang Juna, btw, lw siapin diri lw aja ya, sebentar lagi lw resmi jadi Ny.Arjuna, kasih gw keponakan yang lucu – lucu ya “ kata Putri membuat kami tersenyum bahagia
“Sayang sudah siap? Arjuna dan keluarganya sudah datang” kata mama saat masuk kedalam kamarku.
Akhirnya dituntun mama dan Putri berjalan menuju tempat Ijab Kabul, disana aku melihat Bang Juna dan keluarga sudah menantiku. Entah apa yang kurasakan saat itu, Ada rasa bahagia, deg – degan, tidak percaya karena baru kemarin aku memutuskan untuk melepaskan Bang Juna, namun saat ini Bang Juna sudah duduk disisiku untuk mengucapkan janji suci kami. Terima Kasih Allah memang Engkau tau yang terbaik untuk umatmu. Disini bersama dengan lelaki pilihanku, kami mengucapkan janji suci di hadapan-Mu. Alhamdulillah ijab Kabul berjalan lancar dan Bang Juna sangat lancar mengucapkan janji suci kami. Selesai acara ijab Kabul dilanjutkan dengan penyerahan mas kawin, Bang Juna memberikan seperangkat perhiasan mutiara untukku karena kata Bang Juna aku itu seperti mutiara yang sangat berharga. Dan keharuanku tidak terbendung saat Bang Juna memakaikan cincin kawin dijari manis dan mengecup mesra keningku.
Ya Allah jika ini mimpi jangan biarkan aku terbangun, karena aku merasa sangat bahagia Pria yang aku cintai akhirnya resmi menjadi suamiku lelaki yang akan menjagaku seumur hidupku, ayah dari anak – anakku nanti.
Acara dilanjutkan dengan resepsi banyak kerabat dan teman – teman yang datang mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Saat kami baru duduk dikursi pelaminan Bang Juna membisikan kata – kata mesra ditelingaku “terima kasih sayang,terimakasih istriku, I Love u ever and forever”
Ya Allah jadikan ini pernikahan pertama dan terakhir untuk kami. Jadikan kebahagiaan ini abadi.
Malam ini adalah malam yang paling dinanti oleh setiap pengantin, malam pertama kami resmi menjadi sepasang suami istri. Saat Bang Juna sudah mengunci pintu kamar dan menghampiriku yang duduk canggung ditepi tempat tidur
“Akhirnya kamu bisa jadi istriku sayang, I love u” kata Bang Juna menatap mesra diriku
“I love u Bang”
“sst.. bukan Abang lagi dong manggilnya, Tapi Ayah” kata Bang Juna
“Iya Ayah”
“oya Ayah punya sesuatu buat Bunda”
“Apa Yah??” tanyaku penasaran.
“Tutup mata dulu dong” kata Ayah Juna membuat aku menurutinya tanpa banyak Tanya
“sekarang buka” perintahnya membuat aku langsung membuka mata dan melihat tiket perjalanan bulan madu ke Paris
“ Ayah,,,” teriakku tanpa sadar
“sst… jangan teriak“ kata Bang Juna langsung menenangkanku
“Dinda kamu ga apa – apa Nak?” Tanya Papa dari balik pintu membuat aku kaget
“ owh… Ga apa – apa Pah, Cuma ada kecoa aja, tapi udah dimatiin koq sama Bang Juna” kataku salah tingkah
“kan aku bilang jangan teriak, ini malam pertama kita pasti banyak yang ngintip dan nguping” Ucap Bang Juna membuat kami tertawa kecil.
“Paris yah?? Serius yah?” tanyaku masih tak percaya
“iya sayang, kita ke Paris dulu baru setelah itu kita ke Jerman” kata Bang Juna sambil membelai lembut rambutku
“Terima Kasih Ayah” ucapku disambut pelukan hangat darinya dan akupun membalas dengan memeluknya semakin erat. Aku tidak ingin kehilangan dirinya, benar – benarnya tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Akan ku peluk erat cintaku, aku ku jaga agar terus berkembang dan mewangi selamanya. I LOVE U ARJUNA…. I LOVE U SUAMIKU…. LOVE U EVER AND FOREVER…..!!!!

Cinta Bola Bilyard (24 : Selamat Tinggal Cinta, Selamat Tinggal Arjuna)

Sesampainya dirumah air mataku semakin deras mengalir sehingga aku langsung mengurung diri didalam kamar.
YA ALLAH mudah – mudahan ini keputusan terbaik untuk semua orang yang aku sayangi,
“sayang, kenapa kamu nangis?”Tanya mama mengagetkanku
“Ga apa – apa mah”
“jangan bohong kamu? Kamu nangis karena Arjuna kan? Sayang, kalau kamu sayang Arjuna kenapa kamu harus bohongi diri kamu sendiri?”
“mungkin ini yang terbaik mah, aku ga pengen ada yang tersakiti”
“kamu yakin ga ada yang tersakiti”
“iya mah, minimal hanya Dinda yang merasa sakit seperti ini”
“kamu salah sayang, Arjuna juga merasakan sakit yang kamu rasakan”
“tapi ini yang terbaik mah, Bang Juna mungkin memang sakit sekarang tapi aku yakin, Bang Juna perlahan – lahan pasti bisa melupakan aku, apalagi aku juga ga ada di Indonesia mah”
“Sayang, cinta itu anugerah kenapa kamu harus menolak anugerah itu??”
“tapi kenapa begitu menyakitkan mah, Dinda ga kuat mah… Dinda sayang sama bang Juna, tapi Dinda juga ga mau bikin Putri sakit mah,lebih baik Dinda yang sakit “ keluhku membuat mama langsung menarikku dan membelai lembut diriku.
“Dinda…… Jangan tinggalin aku Dinda….” Teriak seseorang dari depan rumah dan aku tau pasti itu suara Bang Juna
“ Bang Juna… itu Bang Juna mah “ kataku sambil bergegas menuju jendela dan melihat Bang Juna sudah berdiri dengan tongkat karena kaki dan kepalanya masih terbalut perban.
“Ya Ampun Bang Juna, kenapa dia kesini mah, harusnya dia masih dirawat dirumah sakit “ kataku khawatir ditambah diluar kondisi hujan, ingin rasanya aku segera berlari dan memeluknya, tapi jika aku melakukan itu, aku tidak mungkin bisa keluar dari semua masalah ini.
“Dia menjemput cintanya Dinda, Temui dia, kamu berhak bahagia sayang “ Kata mama menatap tajam diriku
“Dinda ga bisa mah, bagaimana dengan Putri??”
“cinta ga bisa dipaksakan sayang, temui dia kasian Arjuna, diluar hujan” kata mama membuat aku semakin bimbang apa yang harus aku lakukan?
“Dinda ga bisa mah, tolong dinda mah, suruh Bang Juna pulang” pintaku pada mama
“kamu yakin dengan keputusan kamu??”
“iya mah, mungkin ini yang terbaik” kataku berusaha meyakinkan diriku sendiri
“kalau itu keputusan kamu Mama akan temui Arjuna” kata mama sambil meninggalkan aku sendiri dalam kebimbangan dan kekhawatiran.
Aku melihat dari balik jendela mama datang menghampiri Bang Juna dan berbicara dengan Bang Juna, namun sepertinya bang Juna tetap tidak mau pulang dan bersikeras ingin menemuiku. Sehingga mama kembali kedalam rumah dan mengatakan hal yang sudah aku tau Bang Juna akan tetap memaksa menemuiku. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan, beri aku petunjukMu…
Hujan semakin deras dan dari balik jendela aku terus memperhatikan Bang Juna yang tetap berdiri menungguku. Pulang Bang Juna… pulang… sudah dua jam berlalu dan bang Juna tetap berdiri menunggu ku, dan Ya Allah aku bisa melihat walau samar – samar ada darah yang menetes dari perban di kepala dan kaki Bang Juna… jika ini dibiarkan akan membahayakan Bang Juna… aku langsung berlari menghampiri Bang Juna
“Akhirnya kamu keluar juga Dinda, Jangan tinggalin aku” kata Bang Juna lemah
Aku langsung mengajak Bang Juna masuk kedalam rumah tanpa berbicara sepatah katapun hanya air mata yang mengalir dari pipiku yang mampu menggambarkan kekhawatiranku. Aku langsung mengambilkan Bang Juna handuk dan mengeringkan badannya. Akupun mulai membersihkan lukanya. Tapi ini luka jahitan, aku sangat khawatir akan infeksi. Maafin aku Bang Juna…
“Jangan tinggalin Abang Din,,, Abang sayang banget sama Dinda…” Kata Bang Juna tanpa memperdulikan kondisinya sendiri. Namun aku sangat engan untuk mengeluarkan sepatah katapun, bukan karena aku tidak mau berbicara tapi aku sangat bingung apa yang harus aku katakan.
Aku langsung memesan taksi untuk mengantar Bang Juna kembali kerumah sakit. Didalam perjalanan aku masih tidak berbicara dengan Bang Juna
“ Mau Kemana Non” Tanya supir taksi
“ke RS.Mitra Keluarga Pak” Jawabku
“Bukan Pak, ke Depk Town Square” Sela Bang Juna
“Rumah Sakit Pak” Kataku bersikeras . mungkin karena tidak mau mendengar pertengkaranku dengan Bang Juna supir taksi akhirnya melajukan taksi kearah depok toh kedua tujuan yang kami sebutkan memang ada didaerah depok.
“Bukan fisik abang yang perlu diobati Din, tapi hati Abang, Abang ga mau kehilangan kamu” kata Bang Juna membuat aku semakin bimbang. Ingin rasanya aku langsung menjawab aku juga ga mau kehilangan Bang Juna, tapi aku ingat janjiku dengan Putri.
“kamu kenapa diam aja Din? Kamu ga mau bicara dengan Abang?” Tanya Bang Juna karena memang dari tadi aku tidak mengeluarkan sepatah katapun.
“Ngomong Din, jangan diemin abang kaya gini” Paksa Bang Juna
“Buat apa aku ngomong toh Abang ga pernah dengerin omongan aku”
“karena kamu ga jujur sama diri kamu sendiri Din” kata Bang Juna membuat aku semakin terdiam
“Abang hanya ingin kamu jujur sama diri kamu sendiri, kamu juga sayang dan cinta sama Abangkan??? Air mata kamu selama ini udah cukup buat buktikan semua itu Din”
“Aku Sayang kamu Din, aku ingin kamu jadi istri aku bukan hanya sekedar pacar Din” kata Bang Juna membuat aku semakin bimbang dengan keputusan aku.
“Liat aku Din… Kamu benar – benar ingin ninggalin aku?? Kamu benar – benar udah ga mau peduli lagi sama aku??” kata Bang Juna sambil menggenggam tanganku dan menatap tajam kearah aku.
Ya Allah beri aku kekuatan. Aku langsung melepas genggaman tangannya dan membuang pandangan keluar mobil.
Tiba – tiba bang Juna teriak kesakitan sambil memegang kepalanya
“Aduh….” Secara spontan aku langsung membelai kepalanya
“kenapa, Sakit ya? Sebentar lagi kita sampai Kok, Pak bisa lebih cepat Pak” pintaku pada supir taksi, aku sangat khawatir dengan kondisi Bang Juna
“Sabar ya Bang… Maafin aku “ kataku sangat khawatir sambil terus membelai kepalanya berharap dapat mengurangi rasa sakitnya
“ kamu nangis, kamu khawatir dengan kondisi aku, kamu ga bisa bohong lagi Dinda, kamu sayang aku kan??” kata Bang Juna sambil menghapus air mataku
“Sudah sampai Non” kata supir taksi
“Lanjut kedetos aja Pak “ kata Bang Juna tanpa bisa aku bantah karena supir taksi langsung mengemudikan taksinya menuju detos. Entah apa yang ingin Bang Juna lakukan disana. Sesampainya disana Bang Juna langsung mengajakku menuju pizza hut dan duduk tepat di sofa tempat pertama kali aku dan Bang Juna pertama kali bertemu lagi setelah Bang Juna putus dengan Putri
“kamu ingat?? Waktu itu aku nunggu kamu disini, dan sebelum ketemu aku kamu dandan kesalon sampai 5 jam hanya demi ketemu aku, itu bukti kalau kamu ingin tampil cantik ketemu aku Dinda, karena kamu suka dan cinta sama aku??” Ungkap Bang Juna membuat aku semakin bimbang apa yang harus aku lakukan hanya air mata yang terus mengalir dipipiku
“kamu juga sampai sakit saat tau aku lebih milih Putri daripada kamu, itu karena kamu cemburu sama Putri dan itu karena kamu sayang sama aku, kenapa disaat kamu bisa memiliki aku seutuhnya kamu malah milih ninggalin aku Dinda, kenapa Dinda?? Kenapa kamu nyerah Dinda, disana kita bisa sama – sama mewujudkan cinta sejati kita???”
“Maafin gw Din, gw sadar gw salah, cinta ga bisa dipaksakan, lw sahabat terbaik gw, gw ingin lw dapetin cinta sejati lw dan sekarang gw yakin Arjuna memang pria baik yang sangat tulus sayang dan cinta sama lw” kata Putri yang tiba – tiba ada disana dan tidak hanya putri tetapi mamanya Bang Juna dan orang tuaku ada disana
“Dinda, didepan orang – orang yang kamu sayangi, aku ingin melamar kamu jadi istri aku Dinda, aku ingin kamu jadi ibu dari anak- anak aku”
“ Maksud ini semua apa?” tanyaku masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi
“Maafin gw Din, sebenarnya dari awal gw udah tau Bang Juna itu sukanya sama lw bukan gw, tapi gw kecewa saat Bang Juna justru nembak gw, memang gw terima Bang Juna waktu itu, gw ingin tau apa maksudnya, dan saat bang Juna mutusin gw gitu aja,jujur gw sakit hati, apalagi gw tau Bang Juna mulai mendekati lw,gw ga mau apa yang gw rasain lw rasain juga, gw ga mau Bang Juna hanya mempermainkan lw, karena lw sahabat terbaik gw, gw ingin cowo yang mendekati lw adalah cowo yang benar – benar tulus sayang sama lw, bukan playboy yang hanya mempermainkan perasaan cewe, dan setelah kejadian ini gw yakin Bang Juna benar – benar tulus dan sayang sama lw, dan kalian saling mencintai, jadi gw ingin kalian bersatu “ jelas Putri membuat aku masih mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
“Sayang, maafin aku, karena permainan bodoh aku, kamu merasakan sakit seperti ini, tapi ini semua aku lakukan karena aku ingin tau apakah kamu juga tulus mencintai aku? Dan sekarang aku benar – benar yakin kamu adalah yang terbaik untuk aku” kata Bang Juna sambil mencium tanganku kemudian berlutut didepanku
“RANIA ADINDA PUTRIADI will you marry me??” kata Bang Juna sambil memperlihatkan sepasang cincin yang sangat cantik. Ya Allah apakah ini mimpi?? Aku melihat kearah orang tuaku dan orang tua Bang Juna mereka hanya tersenyum bahagia melihat semua ini. Akhirnya hanya anggukan kepala dan tangis bahagia yang membasahi pipiku mengiringi melingkarnya cincin cantik di jari manisku.
“ Terima kasih sayang, aku janji akan selalu membuat kamu bahagia” kata Bang Juna kembali mencium tanganku dan memeluk erat tubuhku.
“Aku sayang Abang, tapi aku harus pergi Bang” kataku membuat dia melepaskan pelukannya
“Aku juga akan pergi, aku udah memutuskan untuk sekolah lagi di Jerman, jadi kita bisa tetap bersama” ucapnya disambut senyumku dan semua orang yang menyaksikan hari istimewaku.
Namun ada hal aneh yang baru aku sadari karena dari tadi Bang Juna berdiri tanpa menggunakan tongkat bahkan dia bisa menggendongku
“tunggu, Abang ga pake tongkat??” tanyaku aneh
“ga perlu aku udah sembuh koq, ni kamu liat” katanya dengan santai sambil membuka perban dikepalanya, dan akhirnya aku sadar aku sudah dikerjain sama Bang Juna
“ikh…jahat ngerjain aku” teriakku sambil memukul – mukul dadanya
“biarin, kan aku jadi tau kamu sayang banget sama aku” katanya semakin erat memelukku
“eh, udah dulu jadi kapan acara pernikahannya??”Tanya mamanya Bang Juna mengagetkanku
“Minggu depan Mah,Om, Tante, sebelum Dinda dan Juna berangkat ke Jerman, Juna udah siapin semua termasuk undangan dan baju pengantin”
“kamu sudah cetak undangan?”tanyaku tidak percaya
“Ini undangan pernikahan kita” kata Bang Juna menyerahkan undangan ke aku lengkap dengan tanggal dan namaku sudah tercantum dengan jelas
“mendadak banget??”
“ga mendadak koq sayang, mama dan papa juga sudah mempersiapkan semua, Iya kan Juna”
Kata mama membuat aku kaget ternyata dibelakang aku mereka sudah mempersiapkan segalanya secara detail
“kenapa kamu yakin aku mau sama kamu??”
“ Allah yang memberi aku keyakinan, berkali – kali aku solat istikharah dan wanita yang ada dimimpi aku selalu kamu Dinda” kata Bang Juna membuat aku merasa sangat tersanjung dengan segala tingkahnya
“Terima kasih Bang, udah tulus mencintai aku” ucapku disambut senyum semua orang
****

Cinta Bola Bilyard (23 : Keputusanku)

Dalam seminggu ini aku mengurus surat pengunduran diri aku di perusahaan tempat aku bekerja dan untunglah karena surat keputusan dari pemerintah membuat aku bisa segera resign dalam waktu seminggu tidak seperti biasanya yang membutuhkan waktu sampai satu bulan. Jadi minggu ini aku benar – benar sibuk menyelesaikan setiap pekerjaanku.
Ketika aku sedang makan siang tiba – tiba handphoneku berbunyi. Dan muncul nomor yang tidak dikenal. Dengan ragu aku mengangkat telepon tersebut
“Hallo, Assalamualaikum” sapaku
“walaikum salam, benar ini dengan Adinda?” tanya seorang wanita dari seberang
“iya, ini siapa ya?” tanyaku penasaran.
“ini ibunya Arjuna” jawab wanita itu membuat aku kaget. Ada apa sampai ibunya Bang Juna menghubungiku???
“ada apa ya tante?” tanyaku cemas karena tiba – tiba saja perasaanku menjadi tidak enak, aku takut terjadi sesuatu dengan Bang Juna
“ Dinda bisa kita ketemu?”
“ada apa ya tante?” tanyaku khawatir
“Dinda bisa kerumah sakit sekarang? Arjuna kecelakaan” jawab Ibu Bang Juna membuat aku langsung terduduk lemas dan tanpa sadar air mataku langsung mengalir
“Dinda gak apa – apa kan?” tanya Ibu Bang Juna karena aku hanya terdiam
“Gimana kondisi Bang Juna tante?” tanyaku terisak
“Juna udah gak apa – apa, tapi Dinda bisa kesini kan? Juna selalu manggil nama Dinda” jawab tante sedikit menenangkanku
“iya Dinda pasti kesana, Bang Juna dirawat dimana tante?” tanyaku segera
“Di RS Mitra Keluarga, Dinda tenang aja ya, Bang Juna udah gak apa – apa ko” kata ibu Bang Juna berusaha menenangku yang memang sangat kaget mendengar kabar ini
“iya tante Dinda kesana sekarang ya”
“ya udah kamu hati – hati di jalan ya”
“iya tante, asalamualaikum” kataku mengakhiri pembicaraan
Akhirnya aku langsung pergi kerumah sakit. Sepanjang perjalanan entah kenapa air mataku tak pernah bisa berhenti mengalir. Kenapa Bang Juna sampai kecelakaan seperti ini? Ya Allah, lindungi Bang Juna…
Sesampainya di rumah sakit aku langsung berlari menuju ruangan Bang Juna. Namun sesampainya didepan kamar Bang Juna, justru Putri yang menyambutku dengan wajah sinisnya
“ngapain lw kesini?” tanya Putri sinis
“gw mau ketemu Bang Juna” jawabku terisak
“Gak perlu Bang Juna gak pernah mau ketemu lw lagi”bentak Putri membuat hatiku sangat sakit
“tolong Put, izinkan gw ketemu Bang Juna sekali aja” pintaku
“Gw bilang gak perlu, lw tuh penyebab Bang Juna sampai seperti ini” bentak Putri membuat aku semakin sedih. Namun tiba – tiba dari dalam kamar Bang Juna keluar seorang ibu, pasti dia adalah Ibunya Bang Juna yang tadi menelponku
“ Tante, gimana kondisi Bang Juna?” tanyaku terisak
“kamu Dinda?” tanyanya ramah
“iya tante aku Dinda” jawabku membuat ia langsung mengajak aku duduk di kursi.
“Tante, aku boleh ketemu Bang Juna kan?” tanya Putri tiba – tiba
“Kamu kenapa masih ada disini, sudah saya bilang sebaiknya kamu pulang, kamu yang sudah menyebabkan anak saya seperti ini” omel Ibunya Bang Juna kepada Putri
“bukan aku tante tapi Dinda yang udah menyebabkan Bang Juna kaya gini” bela Putri
“ jangan banyak omong kamu, sebaiknya sekarang kamu pulang, jangan pernah temui Juna lagi” bentak Ibunya Bang Juna kesal
“Ayo Din, kita masuk” ajak Ibunya Bang Juna sambil merangkulku dan mengajak aku untuk masuk kedalam kamar Bang Juna. Meninggalkan Putri sendiri.
Air mataku kembali mengalir saat melihat Bang Juna terbaring lemas diatas tempat tidur, Bang Juna yang selalu terlihat gagah kini terbaring lemas dengan kepala dan kaki di perban. Aku langsung terduduk lemas dikursi disisi tempat tidur Bang Juna sambil menggenggam tangannya. Dan tiba – tiba saja Bang Juna mengingau
“Dinda…. Dinda….” Igau Bang Juna membuat aku semakin sedih
“Juna selalu manggil nama kamu Din” kata Ibunya Bang Juna yang sudah duduk disisiku
“kenapa Bang Juna bisa seperti ini Tante?” tanyaku sedih
“Juna jatuh dari motor Din, tapi Juna udah baik – baik aja, kata Dokter ga ada yang perlu dikhawatirkan” jawab Tante menenangkanku
“Dinda, Juna sangat mencintai kamu Dinda” kata Tante membuat aku hanya terdiam
“Tante tau semua yang terjadi antara kamu, Juna dan Putri, tante hanya ingin kamu tau, sejak kamu memutuskan untuk meninggalkan Juna dan Juna tidak bisa menghubungi kamu, Juna terlihat sangat terpukul Dinda, Juna jadi murung dan nafsu makannya juga hilang, Tante baru liat Juna sampai seperti ini, selama ini Juna memang sering gonta – ganti pacar tapi dia tidak pernah seperti ini, dengan mudahnya Juna bisa melupakan dan mencari pengganti wanita lain. Tapi tidak dengan kamu Dinda, kamu sangat special buat Arjuna, dia begitu mengagumi kamu, dia mencintai ketulusan kamu, hanya kamu yang bisa bikin dia ingat pulang dan tergila – gila seperti ini. percaya Tante sayang, Juna sangat mencintai kamu” cerita Tante membuat air mataku kembali mengalir
“tapi ini gak mungkin Tante, aku ga mau menyakiti Putri”
“perlu kamu tau Dinda, Arjuna tidak pernah mencintai Putri”
“maksud Tante?” tanyaku heran
“Juna mendekati Putri hanya ingin mencari informasi tentang kamu, dia ingin tau apakah kamu juga tulus mencintai dia, Tante tau cara Juna memang salah, tetapi itu dia lakukan karena selama ini dia sering kecewa karena banyak wanita yang mencintainya hanya karena jabatan dan materi. Tapi kamu beda sayang, kamu udah bikin Arjuna Tante sangat jatuh hati sama kamu” tutur Tante membuat aku semakin bingung apa sesungguhnya yang terjadi??
“Tante tau kamu anak yang baik, kamu tidak ingin menyakiti siapapun, walaupun harus mengorbankan diri kamu sendiri, tapi coba tanya hati kamu Dinda, apakah kamu mencintai Juna??” tanya Tante membuat aku terdiam. Jujur aku bingung harus menjawab apa? Aku takut salah dalam mengambil keputusan.
“tante ga akan memaksa kamu Dinda, karena cinta ga bisa dipaksakan, tapi coba kamu tanya hati kamu yang terdalam apakah Juna itu special untuk kamu” nasehat tante membuat aku semakin terdiam karena aku sendiri bingung dan takut salah dalam mengambil keputusan. Karena aku sama sekali tak ingin ada yang tersakiti. Dan sepertinya tantepun mengerti apa yang aku rasakan sehingga dia hanya membelai lembut rambutku dan meninggalkan aku sendiri.
Aku langsung mengenggam tangan erat Bang Juna dan entah kenapa air mataku kembali mengalir. Ada rasa sakit yang sangat dalam di hatiku saat tadi Putri menghinaku, ada rasa kecewa dan sedih saat melihat kondisi Bang Juna seperti ini.
“maafin aku Bang Juna” ucapku terisak sambil membelai lembut rambut Bang Juna.
Mungkin karena belaian aku Bang Juna sepertinya terbangun. Membuat aku menjadi salah tingkah dan cepat – cepat menghapus air mataku
“Dinda” ucap Bang Juna perlahan
“iya Bang, ini Dinda, Abang mau minum?” tanyaku sambil mengalihkan pandangan dengan mengambil gelas yang ada disisi tempat tidur Bang Juna.
Namun Bang Juna tiba – tiba menarik tanganku
“Abang gak mau apa – apa, Abang cuma mau kamu disini” kata Bang Juna sambil menggenggam erat tanganku. Membuat aku kembali memandang ke arah Bang Juna
“Kamu nangis sayang? Kenapa?” tanya Bang Juna sambil menghapuskan air mataku yang tanpa terasa kembali mengalir
“Abang bikin aku takut, kenapa Abang bisa kaya gini?” jawabku
“sst… Abang gak apa – apa ko” kata Bang Juna sambil berusaha duduk namun aku langsung mencegahnya
“Abang tiduran aja dulu” kataku sambil menahan tubuh Bang Juna
“kenapa kamu takut Abang kenapa – napa ya? Tenang aja Abang kuat ko” goda Bang Juna membuat aku heran dalam kondisi seperti ini aja ternyata Bang Juna masih bisa bercanda, namun tingkah Bang Juna yang seperti inilah yang membuat aku selalu merasa nyaman ada disisinya.
“Abang ko masih bisa bercanda aja seh?” tanyaku heran
“Abang rela kaya gini, asal kamu ada disisi Abang, kamu udah maafin Abang kan?” tanya Bang Juna membuat aku terdiam
“Abang gak salah ko Bang cuma keadaan yang bikin kita kaya gini” jawabku sambil menunduk untuk menghindari padangan Bang Juna
“sayang, maafin Abang ya, semua ini salah Abang” kata Bang Juna lagi – lagi kembali menggenggam erat tanganku
“udah ya abang istirahat aja dulu, jangan pikir yang macam – macam dulu”
“tapi kamu gak akan ninggalin Abang lagi kan?”
“aku disini kan jagain Abang sekarang? Ya udah abang istirahat ya”
“Iya sayang, tapi kamu jangan lepasin genggaman tangan Abang ya” kata Bang Juna membuat aku hanya tersenyum dan membiarkan tanganku digenggam dan diletakan diatas dada Bang Juna.
Namun tiba – tiba pintu dibuka dengan kasar dan Putri sudah berdiri dengan wajah marah
“owh jadi gini kelakuan lw dibelakang gw, dasar lw teman gak tau diri, Juna tuh cowo gw, gak pantas lw ada disini” kata Putri sambil mendorong kasar tubuhku membuat aku bangkit dari kursi dan berniat menjauh tapi Bang Juna tidak melepaskan tanganku, dia malah makin mempererat genggamannya. Memberikan aku kekuatan untuk menghadapi Putri
“Put, ini rumah sakit tolong jangan berisik” kataku masih mencoba sabar, karena aku tak ingin ada keributan disini.
“ini semua karena lw, ngapain lagi neh tangan lw, dasar cewe ganjen” kata putri sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Bang Juna, tapi sepertinya Bang Juna memang tak mau melepaskan genggaman tanganku
“lw yang ngapain kesini? Udah gw bilang kan, jangan ganggu hidup gw lagi” kata Bang Juna emosi sambil bangkit duduk membuat aku sangat khawatir dengan kondisi Bang Juna
“ko lw ngomong gitu seh, dia yang udah menghancurkan hubungan kita Bang” kata Putri emosi
“bukan dia, tapi lw sendiri yang buat semua seperti ini”
“Bang, ini karena lw abis hypnotheraphy dan dia yang udah cuci otak lw sampai lw ga inget tentang gw dan yang terjadi diantara kita”
“Denger ya Put, gw memang ga pernah sayang sama lw sedikitpun”
“ko lw ngomong gitu Bang? Gw cewe lw Bang”
“hah… cewe gw darimana? Bukannya lw lebih milih Bagas karena dia jauh lebih kaya?? Cewe kaya lw ga pantas untuk disayang Put!!”
“lw inget itu Bang?”
“iya, gw memang inget semua, dan asal lw tau gw gak pernah hypnotherapy” jawab Bang Juna membuat aku dan Putri kaget. Lalu sebenarnya apa maksud Bang Juna
“ini pasti bohongkan Bang, gw ini cinta sejati lw Bang”
“Cinta sejati?? Cinta sejati gw tuh Cuma satu Adinda” kata Bang Juna sambil memandangku
“ini semua karena lw, lw yang udah ngerebut Bang Juna dari gw” kata Putri sambil mendorongku membuat aku nyaris terjatuh tapi untunglah genggaman Bang Juna mampu menahanku
“lw jangan pernah kasar sama Dinda” bentak Bang Juna pada Putri. Membuat aku semakin khawatir dengan kondisi Bang Juna yang semakin tidak bisa mengontrol emosinya
“Cukup Put, selama ini gw Cuma diam aja lw perlakukan seperti ini, gw selalu ngalah sama lw, tapi lw semakin kurang ajar, sebenarnya salah gw apa seh Put? saat lw minta gw jauhi Bang Juna, gw ga pernah hubungi Bang Juna lagi, tapi apa yang gw terima setelah itu Bang Juna sampai hypnotherapy karena lw, trus sekarang lw bikin semua anak ekonomi benci gw karena lw tuduh gw merebut Bang Juna dari lw? Apa pernah gw seperti itu Put” ungkapku emosi
“iya lw memang berusaha merebut Bang Juna dari gw!!”
“apa pernah gw ganggu lw selama lw masih pacaran sama Bang Juna? Gak kan? Gw cape Put dengan semua ini, hati gw sakit, tapi lw tenang aja kalau memang lw mau Arjuna silahkan gw ga akan ada lagi diantara kalian berdua”kataku akhirnya.. yah akhirnya aku menyerah dengan keadaan ini, aku tak sanggup jika harus merasakan sakit seperti ini terus menerus.
“Sayang maksud kamu apa?”Tanya Bang Juna heran
“maafin aku Bang, aku memang bukan yang terbaik untuk Abang dan Abang juga bukan yang terbaik untuk aku, karena didekat Abang aku justru selalu merasa sakit dan terluka”
“Dinda kamu gak seriuskan?”
“aku serius Bang, sangat serius!! aku lelah dengan keadaan seperti ini, jadi lebih baik aku meninggalkan semua ini aku dah ga sanggup lagi terluka seperti ini Bang, dan buat lw put kalau lw memang mencintai Bang Juna cintai dia dengan tulus dan gw titip Bang Juna sama lw, tolong jaga dia, buat bang Juna bahagia”kataku sambil melepaskan genggaman tangan bang Juna dan meletakkan tangan putri diatas tangan Bang Juna
“apa maksud kamu Dinda??? Kamu jangan bohongi diri kamu sendiri aku yakin kamu juga cinta dan sayang sama aku, liat aku Dinda bilang kalau kamu memang ga pernah cinta sama aku” Kata Bang Juna sambil memegang pundakku dan menatap tajam mataku membuat aku tak bisa lagi menahan air mataku.
“bilang Dinda kalau kamu ga pernah cinta sama aku”
“maafin aku Bang, mungkin belum saatnya aku mendapatkan cinta sejati aku! Saat ini aku hanya ingin focus mengejar cita – cita aku, lusa aku akan berangkat ke Jerman, jadi aku ga akan bisa mendampingi Abang karena aku juga ga tau kapan aku akan kembali ke Indonesia”
“Dinda kamu yakin Nak?” Tanya Ibunya Arjuna yang sudah ada didepan pintu
“Maafin Dinda tante, Dinda gak bisa jadi yang terbaik untuk Bang Juna, Putri yang terbaik Tante bukan Dinda, Dinda hanya menjadi penghalang bagi mereka berdua, mungkin kalau Dinda ga pernah hadir diantara Bang Juna dan Putri pasti hubungan mereka akan baik – baik aja”
“tapi yang aku cintai hanya kamu Dinda”
“ini bukan Cinta Bang, karena ini sangat menyakitkan buat aku, Cinta sejati abang Putri bukan aku, aku hanya pengacau hubungan kalian, aku minta maaf ya Put, gak seharusnya aku merusak kebahagiaan kamu, sekarang Bang Juna milik kamu seutuhnya” entah kekuatan dari mana yang membuat aku kuat berkata seperti itu.
“Bang, Makasih selama ini Abang udah menjadi sosok kakak yang terbaik buat aku tapi mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama”
“Put, sampai kapanpun kamu adalah sahabat terbaik aku, tolong jaga dan bahagiain Bang Juna ya”
“Tante maafin aku, aku gak bisa membahagiakan anak tante”
“aku pulang dulu Bang, Tante, Putri sekalian aku mau pamit mungkin kita akan sulit untuk ketemu lagi” pamitku sambil bergegas meninggalkan kamar Bang Juna walaupun berkali – kali aku mendengar bang Juna memanggil namaku. Ingin sekali rasanya aku menoleh tetapi aku tidak mungkin melakukan itu karena akan semakin memberatkan langkahku.

Cinta Bola Bilyard (22 :Angga... Angga...)

Setelah kejadian hari itu Bang Juna masih terus saja mencoba menghubungiku. Tapi aku tidak pernah mengangkatnya bahkan aku langsung memblokir nomor handphone Bang Juna di handphoneku sehingga Bang Juna sama sekali tidak bisa menghubungiku. Namun bukan Bang Juna namanya kalau gampang nyerah karena Bang Juna nekad untuk menunggu aku didepan kantor. Sehingga aku selalu meminta Angga untuk mengantar dan menjemputku. Seperti hari ini saat aku baru saja tiba didepan kantor Bang Juna sudah terlihat menunggu dilobby akhirnya aku meminta Angga untuk mengantarku sampai masuk kedalam kantor. Saat aku sedang berjalan bergandengan, yah aku sengaja memamerkan kemesraan di hadapan Bang Juna agar Bang Juna cemburu dan tidak lagi mengejarku. Dan untungnya Angga mau menolong.
“Din, aku mau bicara sama kamu?” kata Bang Juna menghalangi jalan aku dan Angga
“maaf Bang, aku harus masuk kantor udah telat” kataku cuek
“Din, kamu boleh marah sama Abang tapi jangan pernah cuekin Abang Din”
“Bang, aku dah bilang sebaiknya kita ga usah ketemu lagi”
“kenapa Din?” tanya Bang Juna dengan nada tinggi
“sorry Bro lw jangan bentak – bentak Dinda!’ kata Angga berusaha melindungiku
“siapa lw berani larang gw?! Memang Dinda cewe lw? jangan mimpi lw!!”
“Angga memang pacar aku Bang, sekali lagi aku tegaskan Angga itu udah resmi jadi kekasih aku jadi tolong jangan ganggu aku lagi” tegasku membuat Bang Juna terlihat kecewa
“lw denger sendirikan Bro,jadi gw gak mau siapapun ganggu cewe gw, termasuk lw” kata Angga membuat Bang Juna langsung pergi meninggalkan kami berdua. Entah kenapa masih ada rasa sakit saat Bang Juna meninggalkanku. Sejujurnya aku tidak pernah mau kehilangan Bang Juna,tapi akupun tak sanggup menahan rasa sakit karena mencintainya.
“Din, koq bengong kamu gak apa – apa kan?”tanya Angga mengagetkanku
“Aku gak apa – apa ko, Ga sorry ya yang tadi aku terpaksa bohong kalau kamu pacar aku supaya Bang Juna berhenti menganggu aku” jawabku membuat Angga kecewa
“gak apa – apa Din, yang penting kamu bahagia” kata Angga tanpa bisa menyembunyikan raut kecewa diwajahnya.
“kalau gitu aku pulang dulu ya” pamit Angga kemudian.
“iya, kamu hati – hati ya Ga” kataku sambil mengantar Angga sampai kedepan lobby sebelum akhirnya aku masuk kedalam kantor.

****
Hari terus berganti hari dan Bang Juna pun sepertinya mulai menghilang dari kehidupanku. Tetapi tidak didalam lubuk hatiku karena sampai saat ini Bang Juna belum juga mampu menghilang dari dalam hatiku. Bang Juna kini sudah tidak lagi menunggu aku di lobby kantor dan dia sama sekali tidak menghubungiku. Jujur ada sedikit rasa kangen yang sebenarnya aku sendiripun malu untuk mengakuinya.
Namun hari ini perhatianku harus terfokus sepenuhnya untuk Angga, karena hari ini Angga akan sidang pertanggungjawaban skripsinya. Sehingga aku sengaja mengambil cuti untuk mendampinginya saat sidang. Aku jadi teringat satu tahun yang lalu saat itu Angga yang menunggu aku sidang. Ia mengenggam tanganku sambil memberikan aku sebuah cokelat berbentuk hati “coklat ini bisa bikin kamu tenang, kamu pasti bisa hadapi sidang ini” masih teringat jelas penyemangat yang diberikan oleh Angga saat itu. Dan sekarang aku yang harus mendampingi Angga sidang. Aku juga sengaja membeli coklat. Aku ingin Angga juga merasakan bahwa memang benar coklat bisa membuat aku sedikit lebih rileks menghadapi sidang skripsi
“Aku tegang banget Din”
“Kamu tenang aja Ga, kamu pasti bisa, ya emang seh mental kamu pasti dijatuhin banget saat sidang nanti, tapi kamu pasti lulus koq, aku yakin banget Ga” kataku menyemangati
“tangan aku ko jadi gemetaran gini ya Din?”
“sini kamu genggam aku ya, aku yakin kamu pasti bisa lulus dengan nilai terbaik”kataku sambil mengenggam tangan Angga
“makasih ya Din, kamu mau nemenin aku” kata Angga sambil mencium tanganku
“oya kamu makan ini deh” kataku sambil memberikan coklat yang sudah aku persiapkan
“coklat?”
“iya dulu kamu juga kasih aku coklatkan sebelum aku sidang dan bener loh itu bisa bikin aku rileks saat itu” jawabku membuat Angga tersenyum.
Lima menit kemudian Angga masuk kedalam ruang sidang. Dan dengan setia akupun menunggu dengan perasaan cemas.
Ya Tuhan… berilah Angga kelancaran dalam menghadapi sidangnya kali ini. amin
Setelah sekitar 2,5 jam akhirnya Angga keluar masih tampak keringat yang mengucur di dahinya. Yah walaupun ruang sidang selalu di pasang AC super dingin tapi entah kenapa memang ruangan itu selalu menjadi ruangan super panas untuk mahasiswa. Dengan kebahagian yang tak bisa ditutupi Angga langsung berlari menghampiriku.
“aku lulus Din” teriaknya membuat aku juga ikut merasakan kebahagiaan Angga
“selamat ya Ga, akhirnya hari ini kamu resmi jadi Angga Prasetyo,S.si” kataku penuh rasa bangga.
“makasih ya Din, ini juga karena kamu” ucap Angga sambil menggenggam erat tanganku
Akhirnya aku dan Angga merayakan kelulusan Angga dengan nonton dan jalan – jalan keliling kota Bogor. Aku berusaha menikmati saat – saat bersama Angga namun bayang – bayang Bang Juna tak mau lepas dari pikiranku.
****
Hari ini dosenku menelpon dan ia mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan dan untungnya hari ini adalah hari sabtu sehingga aku bisa langsung menemuinya dikampus.
“Assalamualaikum Bu” Sapaku saat masuk kedalam ruangannya
“walaikum salam asisten terbaik Ibu, apa kabar Din” jawab Ibu Etriya hangat
“Baik Bu, ibu sendiri apa kabar?”
“Alhamdulillah baik,walau sedikit repot setelah asdos terbaik ibu lulus”
“Ibu bisa aja deh, ka Nada yang gantiin saya bu”
“tapi ga ada yang sebaik kamu Din, oya Din ibu punya kabar gembira buat kamu”
“apa Bu?” tanyaku penasaran
“Saat ini Departemen ada program pengembangan studi bio industry di jerman dan hanya alumni berprestasi yang memiliki kesempatan itu, dan berdasarkan hasil rapat institusi kami memutuskan kamu yang mengikuti program ini” jelas Ibu membuat aku kaget
“Saya Bu?”
“iya kamu, setiap fakultas mengajukan alumni berprestasi untuk diseleksi dalam program ini, dan dari ratusan peserta kamu satu – satunya terpilih untuk mewakili IPB dalam program ini Dinda”
“tapi Bu, sayakan sedang bekerja, dan ibu juga tau dulu Saya juga pernah mendapatkan tawaran beasiswa tapi saya tolak karena saya ingin focus membiayai kuliah adik saya bu”
“kami sudah memikirkan itu Dinda, kalau masalah itu kamu tidak perlu khawatir, program ini bukan hanya beasiswa Dinda tapi kamu juga sudah direkrut oleh perusahaan bio industry disana, jadi selain kuliah kamu disana juga akan bekerja sehingga kamu bisa tetap membiayai adik kamu” Jelas bu Etriya membuat aku tak percaya apakah ini nyata atau hanya sebuah mimpi? Aku bisa kuliah S2 sambil bekerja di sebuah perusahaan besar di Jerman
“ini kesempatan besar Dinda, ibu harap kamu tidak mengecewakan kami, karena kami yakin kamu Alumni terbaik yang pantas untuk mengikuti program ini,ingat Dinda kesempatan tidak akan dua kali”
“aku ga mimpikan bu? Ini serius bu?”tanyaku tak percaya
“Iya Dinda, ini bukan mimpi, ini jawaban atas semua doa dan kerja keras kamu yang tak pernah lelah mengapai cita – cita kamu, pulang dari jerman kamu bukan hanya memiliki kesempatan untuk menjadi dosen seperti Ibu tapi juga menjadi pelopor pengembangan bio Industry di Indonesia” jelas Bu Etriya membuat aku langsung memeluknya dan mengucapkan beribu – ribu terima kasih kepadanya. Karena aku sangat yakin Ibu Etriya yang telah mendaftarkan dan memperjuangkan aku sehingga aku memiliki kesempatan untuk mengikuti program ini.
“ terima kasih Bu, akhirnya cita – cita aku untuk bisa S2 tanpa mengorbankan adik aku bisa terwujud” jawabku tanpa bisa menahan air mata bahagiaku
“sama – sama Dinda, ya udah sekarang kamu segera urus surat resign kamu, dan karena ini program pemerintah akan memudahkan kamu untuk bisa resign secepatnya, karena dua minggu lagi kamu harus segera berangkat”
“baik bu, kalau gitu Saya pamit dulu Bu, sekali lagi terima kasih banyak”
“sama – sama Dinda”
Aku segera pulang kerumah dengan hati sangat bahagia dan orang tuaku pun sangat bahagia mendengar berita ini. Ya Allah terima kasih Engkau telah memudahkan langkahku untuk mengapai semua mimpi – mimpiku.