Selasa, 16 April 2019

Semua demi Juna

Malam ini sebenarnya smua sudah berjalan sesuai dengan yang aku harapkan. Walau diluar dugaanku ternyata juna sudah tau bahwa aku nekad jual ginjal dua tahun yang lalu untuk biaya dia masuk platnas dan biaya hidup saat harus pindah ke jakarta. Tapi memang sepertinya ga mudah untuk membuat juna bisa menerima kak sam sebagai papanya. Terbukti saat kami sedang makan malam juna langsung pergi meninggalkan aku dan kak sam begitu saja, sampai aku harus mengejarnya "Juna, kamu kenapa si??" "Mah, Juna muak mah liat tingkah orang yang sok baik padahal hatinya busuk mah" "Juna mama kan sudah bilang papa bukan orang seperti itu" "Udahlah mah, selama ini hidup kita berdua bahagiakan, jadi kita ga butuh dia mah" "Juna..." "Udah mah aku cape mau pulang, mama ikut aku ya" kata juna sambil memanggil taksi dan akhirnya kami pulang kerumah meninggalkan kak sam sendiri. "Juna, mama ga suka kamu bersikap seperti ini sama papa kamu" kataku setelah kami sampai rumah "Juna juga ga suka liat mama lembek begitu sama orang yang udah berkali2 nyakitin mama, bikin mama nangis, mah, kalau dia bener2 tulus sayang sama mama dia ga mungkin tega menceraikan mama, apalagi perjuang mama dan dia buat dapet restu orang tua aja berliku mah" "Juna, papa kamu kena pelet istri mudanya sehingga dia benci sama mama" "Bulshit mah, kenapa sampai 16 tahun dia ga pernah cari mama, kalau memang dia bener cinta sama mama" "Papa berusaha cari mama ke yogya" "Mama percaya gitu aja?? 16 tahun kl dia memang ingat dengan smua kenangan dengan mama minimal dia akan datang kerumah tempat mama tinggal dulu, nyatanya dia ga pernahkan datang kerumah itu, padahal kita ada didekat sana mah" "Juna... Mama harus bilang apalagi supaya kamu bisa terima papa kamu" "Buat apa juna terima dia mah??" "Biar bagaimanapun dia tetap papa kandung kamu juna" "Juna ga butuh dia mah,, harusnya dia datang saat juna selalu dibilang anak haram, tapi kenyataannya ga kan?? Udahlah mah.. Sekarang aja mama udah nangiskan karna dia.. Juna minta sama mama, lupain dia mah, ga usah mama ketemu lagi sama dia, hidup kita udah bahagia mah tanpa dia, juna ga mau liat mama nangis lagi apapun alasannya, mama mau janjikan demi juna" "Juna..." "Mah, please.. Bentar lagi juna mau all england mah... Juna butuh konsentrasi juna ga mau diganggu masalah ini, please mah jangan hubungi dan temui dia lagi demi juna" pinta juna sambil memeluk erat diriku. Membuat aku tidak bisa menolaknya. Yah.. Aku ga boleh egois masa depan juna baru saja tertata,aku ga boleh merusaknya hanya karna masalah ini. Maafin aku kak sam, benar yang juna bilang selama ini kita berdua bahagia tanpa kakak, apalagi sekarang karir juna juga sedang gemilang, aku ga mau menganggunya dengan memaksa juna untuk menerima kakak sebagai papanya

Maafkan Papa nak

Bisa dikatakan aku adalah pria paling bodoh di dunia ini. Ya.. Karena tanpa aku sadari aku telah menyakiti dan membuang bidadari surgaku hanya demi perempuan penipu yang tidak punya hati nurani. Penyesalanku semakin bertambah, setelah 16 tahun aku menceraikan syira, aku baru tau ternyata aku memiliki anak dari syira, anak kandungku sesungguhnya, anak yang seharusnya dari awal kehadirannya dirahim syira aku jaga dan aku rawat, justru aku biarkan hidup menderita berdua dengan syira. Sampai akhirnya aku mengenalnya saat dia sudah tumbuh menjadi pria tampan, sukses dan menjadi kebanggaan negeri ini. Padahal seharusnya aku orang yang pertama bangga padanya, aku orang yang pertama ada saat dia terjatuh, tapi karena kebodohan aku, anakku justru selalu dianggap sebagai anak haram dan dia harus kehilangan masa kecilnya,, maafin papa nak. Sampai akhirnya hari ini, untuk pertama kalinya syira memberikan aku kesempatan untuk bisa ngobrol berdua dengan anak kandungku. "Juna, papa tau kamu marah dan kecewa sekali sama papa, karena memang kesalahan papa sangat besar, tapi tolong kasih papa kesempatan, apa yang bisa papa lakukan agar kamu mau memaafkan papa"kataku mencoba merayu arjuna "Pergi jangan ganggu aku dan mama lagi" jawab Juna dingin "Tolong nak, papa ga mau kehilangan kamu dan mama untuk kedua kalinya.. Hidup papa ga ada artinya tanpa kehadiran kalian" "Kenapa baru sekarang kamu bilang seperti itu?? Dimana kamu saat aku selalu diejek sebagai anak haram?? Dimana kamu saat aku kelaparan?? Apa kamu tau mama sampai harus menjual ginjalnya hanya untuk biaya sekolah aku??? Kamu dimana saat itu??? " ungkap juna membuat aku sangat kaget, ternyata pengorbanan syira begitu besar "Apa?? Mama kamu sampai jual ginjalnya??? "Iya... Mama lakukan itu demi aku, agar aku bisa makan dan sekolah, tapi kamu dimana?? Kenapa kamu datang saat aku sudah sukses" jawab Juna membuat aku semakin merasa bersalah dengan syira. Yah.. Syira punya riwayat kanker otak, bahkan untuk kecapean sedikit aja dia ga boleh, tapi syira sampai rela menjual ginjalnya, artinya dia nekad mempertaruhkan nyawanya. "Astagfirullah aladzim... Ya Allah... Maafin hamba ya Allah" teriakku terisak sambil berlari mencari syira yang tadi meninggalkan aku berdua dengan Juna. Dan aku melihat syira sedang duduk disudut ruangan. Aku langsung menghampirinya dan bersujud dikakinya "Maafin kakak syi... Kamu udah banyak berkorban untuk kakak dan anak kita.. Bahkan kamu rela mempertaruhkan nyawa kamu demi masa depan anak kita. Tapi kakak malah mencampakkan kalian, maafin kakak syi..." ucapku sambil menangis dihadapan syira "Kak, ada apa?? Kakak ga perlu seperti ini" kata syira sambil membangunkan aku "Kenapa kamu nekad jual ginjal kamu syi, sementara kamu sendiri punya riwayat kanker, Kenapa kamu senekad itu??? Padahal kamu masih ingat nomor kakak, kamu tau kan syi.. Kalau kakak tau kamu hamil apalagi itu anak kakak, kakak ga mungkin mencampakan kamu.. Kenapa kamu malah nekad jual ginjal kamu yang bisa membahayakan nyawa kamu syi" jelasku membuat syira sangat terkejut "Kakak tau darimana??" tanya syira heran "Aku yang kasih tau mah, aku ketemu dokter heri di Rumah sakit waktu aku medical check up, dokter heri cerita semua sama aku, makanya saat itu aku bertekad untuk bisa jadi juara olimpiade agar pengorbanan mama ga sia - sia" jawab Juna yang ternyata sudah ada dibelakang aku. Syira langsung menghampiri dan memeluk Juna "Ga ada yang sia - sia sayang, hidup mama memang hanya untuk kamu, dari kecil kamu sudah jadi kebanggaan mama, bukan hanya saat kamu sudah jadi juara olimpiade" kata syira sambil membelai Juna "Kak.. Kakak ga perlu khawatir, alhamdulillah aku baik baik ajakan sampai saat ini?? Karena kalian berdua udah tau semua, kakak mau bikin aku bahagia??" "Pasti syi.. Apapun akan kakak lakukan untuk membahagiakan kamu dan Juna" jawabku yakin "Juna juga maukan bikin mama bahagia?" "Ya mah, kebahagiaan mama itu tujuan hidup juna" jawab juna "Kalau gitu, juna coba terima papa ya, mama ga pinta juna langsung maafin papa,tapi mama minta kamu buka hati kamu untuk papa, kamu coba kenal papa lebih dekat, juna maukan??" tanya syira pada juna membuat aku semakin terharu ternyata syira begitu menginginkan aku dan juna bisa berbaikan. Dan juna hanya menjawab dengan anggukan kepala "Kakak juga maukan jadi papa yang terbaik buar juna?" "Pasti syi.. Pasti"jawabku yakin. Membuat syira tersenyum. Senyum yang sangat aku rindukan, senyuman manis yang dulu selalu aku nantikan. "Ya udah gimana kalau sekarang kita makan dulu?" ajakku setelah kami bisa menguasai perasaan masing - masing "Ayo, aku juga laper, ayo sayang kita makan dulu" sambut syira antusias "Mama aja deh, aku cape mau istirahat" tolak Juna, sepertinya memang juna belum bisa menerima aku sepenuh hatinya. "Sayang ayolah, besok kan kamu libur latihan, temani mama ya" rayu syira membuat juna akhirnya mau juga ikut dengan kami. Akhirnya aku mengajak mereka makan direstoran dipinggir pantai tempat favorit aku dan syira. Terakhir aku ajak syira kesini saat ultah syira ke 26tahun, saat itu aku memberikan surprise ke syira ditempat ini. "Kamu mau makan apa syi?? Cumi - cumi saus padang? Favorite kamu??" "Kakak masih inget aja" "Masih lah, Juna mau makan apa??" tanyaku sambil mengalihkan perhatian kearah juna yang masih terlihat setengah hati ikut dengan kami "Apa ajalah" jawab Juna singkat Sambil menunggu pesanan datang, kami berbincang - bincang "Juna, dulu tiap mama sedih pasti mama minta diajak kesini, trus mama suka teriak disana katanya si bisa mengurangi beban pikirannya" kataku mencoba mecairkan suasana membuat syira kembali tersenyum "Iya ya kak, kakak inget jugakan waktu aku selesai kemoterapi kita kesini dan kita sama2 botak " kenang syira membuat aku dan syira tertawa mengingat hari itu. Tapi perhatianku selalu tertuju pada Juna, aku tau dia masih canggung berada didekatku "Juna, Maafin papa ya nak,,, harusnya sejak kamu kecil kita bisa kumpul bertiga seperti ini, papa benar - benar menyesal" "Ya udah kita ga mungkin bisa mengulang semua yang terjadi, yang terpenting sekarang Juna udah ketemu papa kan, sayang, mama juga minta maaf ga seharusnya mama ga memisahkan kamu dan papa" "Mah, juna ga pernah nyalahin mama, karena mama selalu menemani Juna, mama semangat hidup Juna, tapi maaf Juna belum bisa terima orang yang tega membuang istri dan anaknya begitu aja" kata juna sambil meninggalkan kami berdua "Kak,maaf aku harus susul juna" kata syira sambil berlari mengejar juna. Ya Allah juna memang sangat berhak marah karena kesalahan aku yang begitu besar.maafin papa nak...