Minggu, 12 Februari 2017

LDM itu Takdir

Hari ini lagi2 dikejutkan dengan status teman yang penuh kemarahan yang intinya dia bosan mendengar komentar - komentar orang yang menyudutkan dirinya, kenapa kuat ditinggal kerja berbulan2 oleh suaminya? Atau bahkan ada yg lebih sadis, saat seorang teman bercerita dengan mata berkaca - kaca, karena dia mendengar perkataan temannya yg walau diucapkan dengan bercanda tapi sangat melukai perasaannya, temannya bilang "kasian ya anak lw, udah jadi yatim sebelum waktunya, karena papanya jarang pulang, jangan - jangan kalau papanya pulang dipanggil om karena ga kenal" Huft... Mungkin mereka yang beruntung dan tidak harus mengalami LDM-an seperti kami, hanya menganggap itu bualan dan candaan semata, tapi bagi kami perkataan itu sangat menyakitkan dan menambah beban kesedihan kami, yang harus menerima kenyataan untuk menjalani kehidupan pernikahan yang terpisah jarak seperti ini. Ok, aku ga akan bahas soal bagaimana sakitnya hati teman aku itu, karena aku sendiri tidak tau pasti bagaimana isi hatinya sebenarnya walaupun dia sudah mencoba mengungkapkan isi hatinya,tapi aku tidak tau pasti seberapa dalam luka didalam hatinya, karena hanya dia yang tau. Aku hanya akan bercerita bagaimana kehidupan LDM yang aku harus jalani dengan suamiku, mudah - mudahan hal ini bisa mewakili perasaan teman - teman yang mengalami nasib yang sama denganku, hidup terpisah dengan belahan jiwa. Jauh sebelum menikah, bahkan sejak awal pacaran aku sudah tau dengan pasti konsenkuensi bahkan kami akan selalu bersahabat dengan jarak yang akan selalu ada di hati kami. Begitupun saat aku menerima lamaran suamiku, hampir semua keluarga meragukan keputusanku, bukan karena pribadi suamiku, tetapi karena pekerjaan yg mau tidak mau, pasti dia akan sering meninggalkanku sendiri. Sampai - sampai seminggu menjelang pernikahanku, aku bermimpi bertemu dengan alm.kakekku, dimana dimimpi itu, dia hanya bertanya "Neng yakin? Dia orangnya memang baik banget bahkan sayang banget sama neng, tapi kan akan sering ditinggal - tinggal, emang neng kuat??" Ya Allah, aku sampai berpikir sebegitu beratkah kehidupan pernikahan yang akan aku jalani, sampai orang yang sudah berada dialam berbedapun ikut mengkhawatirkan keputusanku. Tapi niat ku sudah bulat, aku yakin jarak bukan hal yang harus dimusuhi, kami harus bersahabat dengannya apalagi yang terpenting aku sangat yakin dengan calon imamku, partner hidupku, kami akan berusaha tuk menjadikan jarak justru sebagai penguat ikatan cinta kami. Sebulan setelah pernikahan, suamiku harus kembali bertugas, ini pertama kalinya aku ditinggal berlayar dengan status sebagai istri, jangan ditanya bagaimana rasanya, karena hampir semaleman aku menangis, andai saja aku bisa ikut dengan nya pasti aku memilih untuk terus bersamanya. Tapi suamiku, seorang pelaut, tempat bekerjanya diatas kapal yang sangat jarang meninjak daratan kalau bukan sedang cuti, jadi tidak memungkinan untuk dia membawa istrinya, lagipula suamiku bilang "biar hanya aku yang merasakan dihajar ombak, kamu cukup tunggu dirumah dan menikmati hasilnya". Tapi kata - kata itu tidak juga mampu menenangkanku, bahkan saat mengantarnya kebandarapun aku masih terus menangis, akhirnya entah karena bosan atau bagaimana rasanya melihat istrinya yang selalu menangis, dia bilang "Sayang, aku pergi kerja ya, bukan pergi perang, udah jangan nangis lagi, jangan bikin aku semakin berat ninggalin kamu, aku pasti pulang koq" Ya, aku harus berusaha tegar agar belahan jiwaku tenang saat mencari nafkah demi masa depan kami. Saat pulang kerumah kesepian itu semakin menjadi - jadi, baru sebulan kamar ini terasa penuh dengan cinta dan kehangatan karena kehadiran suamiku, kini harus kembali sepi untuk sementara waktu. Apalagi orang - orang, bahkan orang terdekatku seakan tidak mengerti keadaan hatiku, iya aku tau mereka hanya berusaha meledek dengan canda2an yang menungkin menurut mereka lucu, tp justru itu membuat aq semakin kesepian. "Yah kasian, pengantin baru udah ditinggal" please tanpa kalian kasihanipun, aku sedang berusaha kuat dan tegar menjalaninya. Atau bahkan ada yg seolah menguatkan walau sebenarnya sangat menusuk hatiku "Gpp ditinggal yang pentingkan uangnya banyak" perkataan seperti ini yang sampai detik ini masih sangat sering aku dengar. Please stop bilang seperti itu, ini bukan hanya soal materi, walau aku ga munafik salah satu alasan kami hidup terpisah agar masa depan kami menjadi lebih baik. Tapi tolong jangan melulu bilang ini karena materi, karena gajinya besar dan lain - lain. Kalian ga tau dengan pasti alasan kenapa ada pasangan yang memilih untuk ldm-an. Kami memilih hidup ldm-an seperti ini karena memang ijazah suamiku dipelayaran otomatis lapangan kerja yang terbuka lebar didunia pelayaran, kalaupun ada pekerjaan didarat itu tidak akan seimbang antara pendapatan dengan ijazah yang sudah dengan susah payah dia peroleh. Kedua, lagi - lagi kami ga munafik masalah materi, disatu sisi suamiku juga masih bertanggung jawab terhadap ibunya, kami juga ingin masa depan kami lebih baik,kalau kami memaksakan suamiku harus kerja didarat, bagaimana kami bisa membiayai ibu kami dan memenuhi kebutuhan rumah tangga kami, apalagi kami udah sepakat aku menjadi fulltimemommy sehingga urusan mencari nafkah menjadi urusan mutlak suamiku. Ketiga, passion, yah passion suamiku didunia pelayaran, dia nyaman dan senang menjalaninya dan memang ini yang dia perjuangkan sejak dia memutuskan sekolah di kejuruan pelayaran, ingin mengubah kehidupan keluarganya. Suamiku sudah menjadi yatim sejak dia smp, yang menyebabkan dia harus menjadi tulang punggung diusia yang masih sangat muda. Bersama dengan ibunya dia berjuang agar dia dan adiknya bisa tetap bersekolah, apapun dia lakukan selama halal, dari jualan gorengan, petasan bahkan membantu mengerjakan PR teman2nya disekolah agar bisa mendapatkan tambahan uang jajan. Lalu betapa egoisnya aku, jika tiba2 aku memintanya untuk berhenti dari pekerjaan yang memang dia cita - citakan dan usahakan?? Sementara dengan pekerjaannya sekarang sedikit demi sedikit dia bisa mengubah kehidupan keluarganya dan sedang berusaha memperjuangkan masa depan kami. Jadi, memang takdir kami untuk menjalani long distance married saat ini, sebenarnya tidak ada yang salah dengan kondisi pernikahan kami, hanya karena kami berbeda dengan pasangan yang menikah pada umumnya saja sehingga kami sering terlihat seperti pasangan abnormal dimata sebagian orang. It's ok karena nyatanya kami yang menjalaninya happy - happy aja koq, mungkin secara fisik kami jarang bertemu tapi alhamdulillah saat ini sudah bisa bbman, videocall jadi walau kami jauh kami tetap merasa sangat dekat. Suamiku bahkan bisa tau apa saja kegiatan aku seharian, masak apa aku hari ini, sampai jam berapa aku bangun tidur juga dia tau. Justru kadang banyak yang heran kenapa setelah 4 tahun pernikahan kami masih terlihat sangat mesra. Yah, ternyata ada juga loh keuntungan dari LDM-an karena kami menjadi sangat menghargai kebersamaan kami, bisa dipastikan saat suamiku cuti kami selalu bersama menikmati quality time kami, selain itu aku selalu merasa seperti pengantin baru setiap suamiku pulang,karena kami sangat rindu dan selalu menghitung hari kapan kami akan ketemu lagi, aku selalu ingin tampil cantik untuk menyambutnya pulang, selalu ingin membuat semuanya spesial menikmati kebersamaan kami. Alhmadulillah selama 4 tahun pernikahan, kami tidak pernah merasa bosan karena memang kami sangat menantikan saat2 bisa berkomunikasi jadi tidak mungkin bisa bosan,karena untuk bisa bertemu kami butuh waktu yang lama, apalagi saat ini dimana tidak setiap saat suamiku bisa dapet sinyal telp, jadi saat bisa telp rasanya pasti berbunga - bunga dan selalu ada banyak cerita yang ingin di ungkapkan. Jadi, kalau dibilang "koq kuat si berbulan2 ga ketemu suami" kalau mau jujur aku juga ga siap, aku juga ga kuat, apalagi setelah menikah tempat ternyaman buat seorang istrikan pelukan suaminya, dan saat suami tugas kadang ada saat dimana aku amat sangat membutuhkan kehadirannya tidak cukup hanya suaranya atau wajahnya dilayar hp, tapi aku harus terima kenyataan, dia ga bisa datang tepat saat aku butuhkan. Jadi kalau bukan karena takdir dan keadaan yang mengharuskan kami terpisah ga akan ada yang kuat menjalani long distance married.so, kalau kami rela memilih menikmati long distance married pasti itu adalah takdir yang memang memilih kami menjadi pasangan yang spesial dan berbeda dengan yang lainnya, pasti ada alasan tepat yang membuat kami rela hidup terpisah jarak. Bukan kami tidak berusaha tuk menjadi seperti pasangan yang lainnya, percayalah kami selalu berusaha agar suatu saat kami bisa menjalani kehidupan kami bersama - sama dan tidak ada lagi jarak diantara kami. Kapan? Doakan saja diwaktu dan saat yang tepat nanti. Karena semua takdir yang telah ditentukan oleh Allah adalah yang terbaik, kita hanya berusaha menjalani peran kita masing2 sebaik mungkin.Alhamdulillah kami bahagia menjalani pernikahan ini walau dengan cara yang berbeda, doa kan saja kebahagia ini abadi selamanya Catatan bunda azqa (12 februari 2017)

Jumat, 10 Februari 2017

Fulltimemommy itu kesepakatan

Sebelumnya sudah saya ceritakan bagaimana awalnya saya menjadi fulltimemommy,karena kehadiran azqa dirahim saya yg harus saya jaga, lalu selepas azqa lahir alasan saya berganti dengan berusaha memberikan hak azqa untuk ASI selama dua tahun secara langsung agar tercipta bounding yg kuat antar saya dan azqa. Lantas setelah dua tahun kenapa saya masih menjadi fulltimemommy? Ayah azqa, ya dia yg memintaku dengan penuh hormat dan cinta untuk menjadi istri dan ibu yg seutuhnya 24 jam tanpa terganggu kegiatan pekerjaan diluar rumah. Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh ayah azqa : 1. Pekerjaan ayah jauh dari rumah, kalau ayah cuti tp kamunya kerja buat apa ayah pulang, kl ketemunya hanya malam hari aja disaat kamu udah cape ga ada waktu tuk bercanda dengan aku dan azqa. 2.kalau kamu kerja kasian azqa udah jauh dari ayahnya harus ditinggal bundanya juga kerja, aku ga mau azqa kurang perhatian orang tuanya apalagi sampai diasuh sama orang lain. 3. Apa alasan kamu kerja? Kalau hanya karna uang, kamu perlu tau rezeki suami istri itu tetap 100%, hanya presentasenya aja yg bisa kita ubah, kalau km kerja mungkin 50 : 50, tp kl kamu ga kerja 100% melalui aku. Ga butuh waktu lama untuk aku akhirnya menyetujui permintaan siayah, karena memang semua alasan yang diungkapkan siayah benar ga ada yg bisa aku bantah. Alasan pertama, benar, kita pernah menjalaninya setelah pernikahan, saat itu, aku mulai masuk kerja sementara siayah msh cuti, yang ada selama aku kerja, siayah jd salah tingkah sendirian dirumah, ujung2nya dia malah ingin mempercepat cutinya,sampai- sampai bikin aku sering bolos deh kl siayah lg cuti. Alasan kedua ini yg paling berat buat aku, ya, kasian azqa kalau harus jauh dari ayahnya dan ditinggal kerja bundanya juga, kesiapa dia akan dekat?? Aku ga mau anak ku tumbuh kurang perhatian orang tuanya, ayahnya memang karna tugas yg mengharuskan dia jauh dari kami, berarti aku yang harus mengalah demi azqa, demi anak2ku nanti,aku akan mendampingi mereka disetiap tahap perkembangannya. Alasan ketiga, ini yg benar2 membuka mata hatiku, disaat hamil azqa setelah aku resign tiba2 aku dapat penawaran kerja dengan gaji yang lumayan besar dan sempat mengoyahkan keputusanku, karna aku pikir kesempatan ga akan datang dua kali, tapi saat itu smua keluarga melarang karena memang kehamilan azqa sama sekali ga boleh dibawa cape dan stres, apalagi kalau aku terima tawaran kerja itu otomatis aku harus pulang pergi naik kereta karna kantornya di jakarata kota dam akan ada beban pekerjaan lg sampai pada akhirnya seorang teman bilang percis seperti yang dibilang siayah, rezeki suami istri itu tetap 100% hanya presentasenya yang bisa kita ubah. Walau dengan berat hati akhirnya aku melepas kesempatan itu, tapi tidak lama setelah itu, tiba2 siayah naik jabatan dan ajaibnya gaji siayah naik dimana nominalnya sama dengan gaji yg ditawarkan keaku jika menerima pekerjaan itu. Sejak saat itu aku sadar janji Allah itu pasti yang penting kita ikhlas dan selalu bersyukur, mungkin kl aku menerima pekerjaan itu, siayah ga akan naik jabatan dan naik gaji, malah kami berisiko kehilangan calon bayi kami. Namun bukan tanpa syarat aku bersedia menjadi fulltime mommy, ada beberapa kesepakatan yang aku buat dengan ayahnya azqa. Pertama, aku ga pengen ada yg meremehkan aku, jangan sampai ada kata2 ga enak yg merendahkan aku hanya karena aku tidak bekerja dan akhirnya mereka menganggap aku hanya menumpang hidup sm ayahnya azqa (walau ga ada yg salah dgn hal ini karena suami memang tempat bergantung istri) tapi karena ego aku, aku sama sekali ga mau mendengar ada kata2 ga enak karena aku berhenti bekerja, alhamdulillahnya ayahnya azqa orang yg sangat disegani oleh semua keluarga kami sehingga saat ayah azqa bilang "adi yg minta linda resign, kalau dia mau apapun bs dengan mudah dia dapat dengan usahanya sendiri, tapi sekarang smua jadi tanggung jawab adi sepenuhnya, karena adi ingin linda dirumah aja nunggu adi pulang dan ngerawat azqa", akhirnya tidak ada yg berani komentar kenapa aku resign, walau bisik2 dibelakang aku si masih aku dengar yg bilang sayang lah ijazah ga kepake,dll,kalau itu si ga bisa di hindari ya,tp minimal ga ada yg berani ngomong langsung didepan aku itu udah cukup buat aku tenang. Kedua, aku ga mau kamu perhitungan masalah uang, apalagi kalau untuk keperluan pribadi aku, yah ini selalu dipenuhi oleh ayahnya azqa, dia selalu berusaha memenuhi semua keinginan aku selama dia mampu tanpa banyak pertanyaan, ya karna aku juga ga pernah minta macem2 paling2 tergoda buat beli baju, tas dan make up kebutuhan wanita pada umumnya dan tentunya masih dalam batas wajar. Hanya itu kesepakatan yang kami buat, alhamdulillah sampai detik ini kami masih bisa mejalani kesepakatan itu bersama. Makanya aku masih betah jadi fulltimemommy bahkan semakin menikmatinya, so, seperti yg aku bilang apapun pilihan kalian mau menjadi fulltime mommy ataupun workingmom pastikan itu kesepakatan kalian berdua, kuatkan kesepakatan kalian bersama agar kalian kuat menghadapi segala konsekuensi dari kesepakatan yang kalian ambil, serta menghadapi keluarga dan lingkungan yang kadang tidak sepaham dan mendukung keputusan kalian. Catatan bunda azqa (10 februari 2017)

Rabu, 08 Februari 2017

Apa si prestasiku sebagai fulltimemommy??

Yess.... Pertanyaan itu sampai saat ini belum juga bisa aku jawab. Bahkan aku baru saja merasa menjadi ibu yang gagal karena gigi azqa gigis dan patah. Karena aku tidak sukses membujuknya untuk bisa rutin sikat gigi, aku tidak bisa menjaga gigi susunya untuk tetap utuh, putih dan bersih. mungkin aku telah mengambil pilihan yang salah dengan mengizinkan akan minum susu dari dot hanya agar azqa mau minum susu sehingga berat badannya bisa bertambah ( karena aku lelah mendengar omongan orang yang mengatakan badan azqa kurus ), dan maafkan bunda nak, ternyata dengan kamu sering minum susu dari dot akhirnya membuat gigimu menjadi rusak. Maafkan bunda yg tidak sabar dan telaten mengajarkan kamu minum susu dari gelas, maafkan bunda yg tergoda mengambil cara instant agar kamu mau minum susu yang bahkan bunda tau susu bukan lagi hal yg wajib kamu konsumsi setelah umurmu dua tahun. Dari gigi azqa aja udah membuat aku malu... Hello keputusanmu untuk menjadi fulltimemommy itu agar bisa menjaga anakmu 24 jam dan nyatanya untuk urusan gigi aja kamu gagal. Lalu apa yang bisa kamu banggakan sekarang??? Masak??? kamu bukan masterchef yang hebat membuat aneka makanan yang enak dan sedap dipandang, menu makanan harian tidak jauh dari sayur tumis, tempe orek, ceplok telur, akh malu rasanya kalau disebutkan karena memang belum banyak yg sukses aku eksekusi, bahkan aku yakin, orang rumah kalau ada alternatif makanan lain akan lebih bahagia makannya daripada memakan masakanku. Hanya azqa, yah azqa penggemar setia masakanku yg selalu bilang "masakan bunda enak, abang suka" itu selalu membuat bunda semangat untuk terus belajar agar bisa lebih bervariasi lagi dalam membuat menu masakan keluarga. Jadi bendahara yang baik?? Ga juga, toh nyatanya aku masih sangat sering tergoda belanja online dan koleksi barang2 yg belum dibutuhkan. Jadi guru yg baik?? Tidak juga, bahkan murid satu2 nya si jagoan ganteng masih sering meninggalkan gurunya karena kurang tertarik dengan alat praga yg bahkan udah dibuat dengan susah payah, dia lebih asik bermain dengan kelinci dan kura- kuranya. Hiks... Jadi istri yg baik?? haduh apalagi ini kayanya masih jauh banget dari kata itu, justru siayah yg sudah sukses menjadi suami terbaik dan terhebat, karena saat dia cuti kerja, justru malah dia yg membiarkan aku cuti dari segala kegiatan domestik rumah tangga termasuk urusan mandiin azqa, nyuapin azqa dan masak. Lalu apa prestasiku yg bisa aku banggakan??? Ternyata mengukir prestasi saat memutuskan untuk menjadi fulltime mommy lebih sulit dibandingkan saat menjadi wanita karir. Saat menjadi wanita karir dengan mudah prestasi bisa diukur dengan bonus atau reward yang bisa membuat semua orang bangga. Lalu bagaimana dengan fulltimemomy? Prestasi apa yg bisa aku banggakan dan membuat orang lain bangga?? karena memang tak banyak orang yg bangga dengan fulltimemommy, bahkan sipelaku fulltime mommy itu sendiri sering tidak bangga dengan pilihannya termasuk yang aku rasakan saat ini. Alhamdulillah ditengah kondisi baper bin galau ini, pendamping setiaku selalu merangkulku dengan semua perkataannya (kami ldm-an jd tidak selalu bisa menenangkanku dalam pelukannya) dia yg bilang "Tidak perlu membandingkan diri kamu dengan orang lain, tidak perlu iri dengan prestasi orang lain, karena bagi ayah dan azqa kamu adalah istri dan ibu yg terbaik" "Baik darimana?? Gigi azqa aja gigis karena bunda ga sukses bikin dia rajin sikat gigi" " "Jgn cuma gara- gara gigi azqa yg gigis kamu ngerasa jadi ibu yg gagal, lagipula masih gigi susu akan tumbuh gigi baru lagi, kamu msh ada kesempatan tuk bikin azqa giat sikat gigi lagi, kamu mau tau prestasi kamu apa??" "Apa??" " kamu sukses menyusui azqa selama 2,5thn,kamu sukses nyapih azqa dengan wwl tanpa drama, kamu sukses ajari azqa toilet training diusia 19 bulan, kamu sukses mpasi azqa tanpa gula garam bahkan saat kamu blm bisa bedain mana lada dan ketumbar, kamu sukses bikin azqa jd anak yg komunikatif dia ngerti dibilangin hanya dengan diajak bicara,kamu sukses bikin azqa hafal surat2 pendek, dan masih banyak lg" "Semua ibu juga gitu ga ada yg spesial" "Kamu mau tau yg paling spesial? Karena kamu sukses mengalahkan ego kamu tuk jadi wanita karir yg sukses dan memilih menjadi ibu dan istri yg baik buat ayah dan azqa, kamu tau saat kamu bilang "gpp bunda ga bisa menggapai mimpi2 bunda yg penting bunda bisa mendampingi ayah dan azqa menggapai mimpi2 kalian" itu udah bikin ayah merasa menjadi pria yg sangat beruntung mempunyai wanita hebat yg mendampingi dan selalu mendukung aku. Jadi jangan pernah lagi kamu merasa ga punya prestasi apapun?? Karna azqa adalah prestasi terbesar kamu, karir ayah juga prestasi kamu yg slalu mensupport dan mendoakan ayah, dan yg terpenting kamu itu ibu yg mau belajar tuk menjadi lebih baik, kamu rela tangan kamu melepuh kena wajan panas karena kamu berusaha menyajikan makanan yg enak dan bernutrisi, kamu rela tangan kamu tak sehalus dulu untuk membuat rumah selalu bersih, dan banyak lagi... Kamu ibu yg hebat, ga usah peduli perkataan orang, cukup ayah dan azqa yg tau betapa banyak prestasi kamu. Akh... Imam dunia akhiratku.. Terima kasih selalu sabar menghadapi kegalauan istrimu, terima kasih selalu menjadikan aku wanita paling spesial, Terima kasih selalu setia mendengarkan segala keluh kesahku yg sampai saat ini masih berusaga menerima dengan ikhlas menjadi fulltime mommy, seperti yg kamu bilang selalu berusaha mengalahkan egoku. Aku akui menjadi fulltime mommy itu bukan hal yg mudah, apalagi saat kamu melihat rekan2 seperjuanganmu sudah bisa keliling dunia sementara kamu hanya berkutat dirumah dengan segala problematika, tapi sepertia yg dibilang suamiku jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain, selalu bersyukur dan ikhlas menjalani apa yg telah menjadi pilihanmu. Catatan hati, bunda azqa (8 februari 2017)